top of page
Gambar penulisAlifa Azzahra

Tahapan Test untuk Melakukan Klasifikasi Instrumen Aset Finansial

Klasifikasi Instrumen Aset Finansial Berdasarkan PSAK 71

Tahapan Test untuk Melakukan Klasifikasi Instrumen Aset Finansial - Dalam dunia keuangan, klasifikasi instrumen aset finansial merupakan elemen krusial yang memengaruhi pelaporan dan analisis keuangan suatu entitas. PSAK 71, yang menggantikan PSAK 55, memperkenalkan perubahan besar dalam cara mengklasifikasikan instrumen aset finansial berdasarkan tujuan bisnis dan karakteristik arus kasnya. Klasifikasi yang tepat sangat penting untuk memastikan pelaporan yang akurat dan relevan, terutama bagi para pemangku kepentingan yang menggunakan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Artikel ini membahas tahapan dalam pengujian klasifikasi aset finansial yang meliputi SPPI Test dan Business Model Assessment menurut PSAK 71.


Pengantar Klasifikasi Instrumen Aset Finansial Berdasarkan PSAK 71


PSAK 71 memperkenalkan pendekatan berbasis tujuan bisnis dan karakteristik kontraktual dari aset finansial untuk klasifikasi. Aset finansial dikelompokkan dalam tiga kategori utama: Amortized Cost (Biaya Perolehan Diamortisasi), Fair Value Through Other Comprehensive Income (FVOCI), dan Fair Value Through Profit or Loss (FVTPL). Kategori ini menentukan bagaimana aset tersebut diukur dan bagaimana keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai aset dicatat dalam laporan keuangan.


Untuk menentukan klasifikasi aset finansial ke dalam kategori yang sesuai, PSAK 71 mengharuskan entitas untuk melakukan dua pengujian utama: SPPI Test (Solely Payments of Principal and Interest) dan Business Model Assessment. SPPI Test memfokuskan pada karakteristik arus kas, sedangkan Business Model Assessment berorientasi pada tujuan pemegang aset tersebut. Keduanya penting dalam mengidentifikasi apakah suatu aset keuangan memenuhi syarat untuk diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi atau diukur pada nilai wajar.


SPPI Test Evaluasi Arus Kas dari Aset Finansial

Tahapan SPPI Test dan Tujuan dari Pengujian


SPPI Test adalah tahap pertama yang harus dilakukan dalam mengklasifikasikan instrumen aset finansial di bawah PSAK 71. SPPI Test mengevaluasi apakah arus kas dari aset finansial hanya terdiri dari pembayaran pokok dan bunga saja. Instrumen yang lulus SPPI Test berarti memiliki arus kas yang murni mencerminkan pembayaran pokok dan bunga, tanpa elemen lain yang lebih kompleks seperti derivatif atau penyesuaian nilai lainnya.


Tujuan utama dari SPPI Test adalah untuk memastikan bahwa instrumen keuangan yang dicatat pada amortized cost atau FVOCI tidak mengandung karakteristik yang menambah kompleksitas nilai wajar. Jika instrumen keuangan tidak lulus SPPI Test, maka secara otomatis diklasifikasikan sebagai FVTPL, yang berarti nilai aset tersebut akan diukur berdasarkan nilai wajarnya dalam laporan keuangan, dengan perubahan nilai yang dicatat dalam laba rugi. Pengujian ini penting untuk membedakan aset yang bertujuan mengumpulkan arus kas kontraktual dari aset yang lebih sesuai untuk diukur pada nilai wajar.


Business Model Assessment Menyesuaikan Strategi dengan Klasifikasi

Tahapan Business Model Assessment dan Pentingnya dalam Klasifikasi Aset Finansial


Setelah SPPI Test, tahapan selanjutnya adalah Business Model Assessment, yaitu pengujian yang berfokus pada tujuan bisnis dari kepemilikan aset tersebut. Business Model Assessment menentukan bagaimana entitas mengelola aset keuangannya—apakah aset tersebut ditujukan untuk dipegang hingga jatuh tempo demi arus kas kontraktual, ataukah untuk diperdagangkan atau dijual demi keuntungan.


Dalam Business Model Assessment, terdapat tiga model utama yang digunakan sebagai panduan klasifikasi:


  1. Held to Collect (HTC): Model ini berlaku untuk aset keuangan yang dimiliki semata-mata untuk tujuan mengumpulkan arus kas kontraktual. Aset yang berada dalam kategori ini akan diukur pada amortized cost, selama juga lulus SPPI Test.


  1. Held to Collect and Sell (HTC&S): Model ini mencakup aset yang dimiliki untuk mengumpulkan arus kas kontraktual, tetapi juga bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau pengelolaan risiko. Aset dalam kategori ini diukur pada FVOCI.


  1. Other Business Models: Model ini berlaku untuk aset yang dikelola dengan tujuan perdagangan atau diukur pada nilai wajar. Aset dalam kategori ini secara otomatis diukur pada FVTPL.


Business Model Assessment memiliki peran signifikan dalam memastikan bahwa aset finansial dikelompokkan sesuai dengan tujuan bisnis yang mendasari kepemilikan instrumen tersebut. Klasifikasi ini berpengaruh pada perlakuan akuntansi, di mana aset yang diklasifikasikan pada amortized cost atau FVOCI cenderung lebih stabil dalam laporan keuangan dibandingkan dengan aset yang diukur pada FVTPL. Oleh karena itu, Business Model Assessment tidak hanya penting untuk kepatuhan akuntansi, tetapi juga memberikan panduan bagi entitas dalam mengelola asetnya sesuai dengan strategi bisnis yang lebih besar.


Melalui penerapan SPPI Test dan Business Model Assessment, PSAK 71 menawarkan pendekatan yang lebih komprehensif dan dinamis dalam mengklasifikasikan aset keuangan. Klasifikasi yang sesuai membantu entitas mencapai pelaporan keuangan yang akurat, yang mendukung transparansi dan kepercayaan dalam pengambilan keputusan bisnis di era yang penuh ketidakpastian ini.

920 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page